My Refleksion
Pernahkah kau dengar tentang hal ini? Sebuah
kalimat yang bermakna dari Pedomanmu. Sebuah kalimat yang hampir membuatku
meneteskan air mata di keramaian.” Jika engkau memperbaiki hubunganmu dengan
Allah, maka Allah akan memperbaiki hubunganmu dengan orang lain”. Kurang lebih
seperti itu uraian kata itu. Akhir-akhir ini semuanya kacau, dan aku membiarkan
kekacauan ini. Mencoba menikmati lezatnya kekecewaan dan nikmatnya sakit hati.
Hubunganku dengan Tuhanku mungkan tak sebaik hubungan Tuhannku dengan umatnya
yang lain.Pantaslah jika Ia mengabaikan doaku, karena aku meminta huk ku
sebelum kutunaikan kewajibanku. Hubunganku dengan orang lain tak sebaik
kelihatannya. Semuanya kacau.Yyah, semua kacau. Kekacauan yang tercipta dari
diriku sendiri. Malam-malam awal tahun ini beriramakan isakan dan bertaburan
bulir-bulir air mata.Harusnya dari awal aku tak boleh terlalu berharap,
harusnya selalu ku ingat kalimat “banyak berharap banyak kecewa” dan menjadikanya matto hidup.Lalu bagaimana,
bukankah hidup ini penuh dengan mimpi dan harapan. Meskipun semuanya mungkin
akan berakhir dengan kekecewaan. Rasa kecewa yang selalu membayangi. Tapi hati
ini, diri ini masih ingin selalu berharap. Saat ini aku merasa benar-benar
kecewa, hampir saja aku berhenti untuk percaya pada segalanya, termasuk
pada-Mu. Mungkin hati ini lelah, tek bisa bertahan lebih lama dalam harap.
Kecewa. . . kekecewaan. . . tak ada rasa selain kecewa yang bisa kurasa saat
ini. Seiring bergulirnya sang waktu, kecewa itu menamparku dengan
kecongakan.Tersadarku akan kecongakan hati ini. Meleburkan kecewaku menjadi
penyesalan. Penyesalan yang melukiskan luka dikalbu. Tertoreha sakit dihati ini
yang bercampur amarah pada diri sendiri. Kembali pada diri sendiri bercermin
dan mengingat semua hal yang terjadi. Sombong, egois, pengkhayal only talk no
action. Yaa, , , Aku yang SALAH, meskipun masih berat dam sulit mengakuinya
tapi itu nyatanya. Meskipun aku yang selalu mengalah, mengerti, memahami dan
menangis meskipun itu berdasarkan aku. Harusnya dari awal aku siap, aku tah
usah berharap, tak perlu terlalu berharap karena itu hanya membuatku
terperangkap dalam khayalan palsu. Khayalan dusta pembawa petaka kalbu. Aku
punya banyak mimpi, aku pun ingin meraih segalanya. Kecewa, sedih, sakit hati,
penyesalan, keputusasaan, membuatku takut untuk bermimpi, membuatku untuk
mengurungkan niatku.Berhenti berlari, melepaskan, menghempaskan. Meninggalkan
semua harapan, melepas segala asa ke angkasa. Kehidupan yang datar, hambar
tanpa mimpi, menjalani hidup dengan pesimis menghantui ego, hati dan pikiranku
memunculkan sebuah tanya “ Masih beranikah aku bermimpi?Masih mampukah aku
bermimpi? Masih mau kah aku bermimpi?”
Komentar
Posting Komentar