Proteksi Anak Melalui Pendidikan Perilaku Protektif

Proteksi Anak Melalui Pendidikan Perilaku Protektif Oleh : Hanan Riati Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang dirilis pada 15 Februari 2016 menyatakan bahwa terdapat 1.844 kasus kekerasan terhadap anak sejak pergantian tahun 2016. Banyaknya kasus kekerasan terhadap anak yang terjadi di Indonesia menunjukan bahwa anak-anak rentan terhadap aksi kekerasan. Orang tua perlu extra hati-hati dalam mengamankan buah hatinya. Namun, hasil penelitian KPAI menyatakan bahwa 70 % cara orang tua dalam mengasuh anak hanya berdasarkan pengalaman yang didapatnya ketika kecil. Data tersebut menunjukan bahwa orang tua belum memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengasuh anak. Orang tua yang hanya menyalin cara pengasuhan yang didapatnya ketika kecil dapat membuka peluang lebar bagi pelaku kejahatan karena cara tersebut kurang ampuh untuk menghadapi modus kejahatan terhadap anak yang semakin beragam, diluar dugaan dan nalar. Disisi lain, sebagian besar orang tua hanya berorientasi pada pendidikan akademik. Komunikasi yang dibangun oleh orang tua dengan anak lebih banyak seputar nilai dan ranking. Padahal untuk mempersiapkan anak menghadapi tantangan dalam kehidupannya bukan hanya ketrampilan akademik saja. Perlu diimbangi dengan ketrampilan lain, terlebih untuk melindungi dirinya sendiri. Agar anak dapat melindungi dirinya sendiri, orang tua harus memberikan pendidikan perilaku protektif. Pendidikan perilaku protektif adalah memberikan pesan kepada anak untuk dapat menjaga dirinya dari marabahaya (Geldard&Geldard). Jika anak dapat merespon pesan ini dengan tepat maka anak dapat memahami batasan yang tepat, mampu melindungi dirinya dari bahaya fisik dan bahaya emosional. Orang tua harus memberikan pemahaman yang jelas kepada anak mengenai batasan yang dianggap normal, diinginkan dan dapat diterima dalam masyarakat. Selain itu anak juga perlu diberikan pemahaman tentang harapan dan perilaku yang relevan dengan dengan batasan tersebut. Bagian lain dalam pendidikan perilaku protektif ialah membantu anak mengembangkan kemampuan untuk melindungi dirinya dari bahaya fisik. Bahaya fisik dapat timbul dari situasi kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual, tekanan teman dan hubungan dengan teman sebaya. Dalam menghadapi situasi tersebut orang tua membantu anak untuk mengembangkan rencana perilaku protektif yang dapat digunakan saat bahaya terjadi. Selain itu orang tua juga perlu untuk membantu anak mempelajari kemampuan untuk menghindari trauma emosional dan mengatasi trauma yang terjadi. Kemampuan komunikasi yang buruk dan kurangnya ketegasan dapat mengakibatkan anak mengalami mengalami trauma emosional karena anak tidak mampu menunjukan perasaan mereka atau membicarakan kebutuhan dan mengungkapkan kecemasan yang dialami. Anak yang memiliki kemampuan komunikasi yang buruk tidak memiliki kemampuan untuk melindungi dirinya dan memperjuangkan haknya. Dalam hal ini pendidikan perilaku protektif harus menyertakan pelatihan kemampuan berkomunikasi sehingga anak mampu melaporkan perilaku yang tidak sesuai diwaktu yang tepat. Penerapan pendidikan perilaku protektif membutuhkan pemahaman batasan yang tepat dan kemampuan mencari bantuan untuk mendapatkan perlindungan dari bahaya. Maka disinilah peran orang tua mengajarkan dan memberikan pemahaman tentang batasan yang tepat agar anak dapat melindungi dirinya dari marabahaya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

UHT 1 SEM 2

My Peace Maker

Hal Yang Perlu Diperhatikan Oleh Club Disigner dalam membuat web site